Jumat, 18 Januari 2019

MEMILIH GURU DENGAN MELIHAT SIAPA TEMAN BERGAULNYA

MEMILIH GURU DENGAN MELIHAT SIAPA TEMAN BERGAULNYA

0
1258
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
lihat-siapa-teman-dekatnya
? MEMILIH GURU DENGAN MELIHAT SIAPA TEMAN BERGAULNYA
Teman bergaul sedikit banyak akan memberikan pengaruh ke dalam diri seseorang. Bahkan salah bergaul termasuk penyesalan terbesar di hari kiamat.
➡ Allah ‘azza wa jalla berfirman,
وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَىٰ يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا، يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا، لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنْسَانِ خَذُولًا
“Dan (ingatlah) pada hari (ketika) orang-orang zalim menggigit dua jarinya (menyesali perbuatannya), seraya berkata, “Wahai! Sekiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan sebagai teman karibku. Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Qur’an ketika Al-Qur’an itu telah datang kepadaku. Dan setan itu adalah penipu manusia.” [Al-Furqon: 27-29]
➡ Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda,
الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلْ
“Seseorang itu tergantung agama teman karibnya, maka hendaklah setiap kalian melihat siapa yang hendak ia jadikan teman karib.” [HR. Ahmad, Abu Daud dan At-Tirmidzi dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Al-Misykaah: 5019]
NASIHAT DAN PERINGATAN ULAMA SALAF
➡ Al-Imam Al-‘Ashma’i rahimahullah berkata,
لَمْ أَرَ بَيْتًا قَطُّ أَشْبَهَ بِالسُّنَّةِ مِنْ قَوْلِ عَدِيٍّ: عَنِ الْمَرْءِ لَا تَسْأَلْ وَأَبْصِرْ قَرِينَهُ  فَإِنَّ الْقَرِينَ بِالْمُقَارَنِ يَقْتَدِي
“Saya tidak pernah sama sekali melihat sebuah bait syair yang lebih sesuai dengan sunnah daripada ucapan ‘Adi (seorang penyair): Tentang seseorang janganlah engkau tanyakan, namun lihatlah teman bergaulnya, karena seorang teman akan mengikuti temannya.” [Al-Ibaanah Al-Kubro, no. 378]
➡ Al-Imam Al-A’masy rahimahullah berkata,
كَانُوا لَا يَسْأَلُونَ عَنِ الرَّجُلِ , بَعْدَ ثَلَاثٍ: مَمْشَاهُ , وَمَدْخَلِهِ , وَأُلْفِهِ مِنَ النَّاسِ
“Dahulu generasi Salaf tidak lagi bertanya tentang seseorang setelah mengetahui tiga hal tentang dirinya: Teman berjalannya, teman bergaulnya dan teman dekatnya.” [Al-Ibaanah Al-Kubro, no. 419]
➡ Al-Imam Al-Auza’i rahimahullah berkata,
مَنْ سَتَرَ عَنَّا بِدْعَتَهُ لَمْ تُخْفِ عَلَيْنَا أُلْفَتُهُ
“Siapa yang menyembunyikan bid’ahnya dari kami, maka tidak akan tersembunyi pertemanannya.” [Al-Ibaanah Al-Kubro, no. 420]
➡ Al-Imam Yahya bin Sa’id Al-Qotthon rahimahullah berkata,
لَمَّا قَدِمَ سُفْيَانُ الثَّوْرِيُّ الْبَصْرَةَ: جَعَلَ يَنْظُرُ إِلَى أَمْرِ الرَّبِيعِ يَعْنِي ابْنَ صُبَيْحٍ , وَقَدْرَهُ عِنْدَ النَّاسِ , سَأَلَ: أَيُّ شَيْءٍ مَذْهَبُهُ؟ قَالُوا: مَا مَذْهَبُهُ إِلَّا السُّنَّةُ قَالَ: مَنْ بِطَانَتُهُ؟ قَالُوا: أَهْلُ الْقَدَرِ قَالَ: هُوَ قَدَرِيٌّ
“Ketika Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri datang ke Bashrah, maka beliau mulai memperhatikan perkara Ar-Robi’ bin Shubaih dan kedudukannya di tengah manusia, beliau pun bertanya: Apa mazhabnya? Mereka berkata: Tidak lain mazhabnya kecuali sunnah. Beliau berkata: Siapa kawan dekatnya? Mereka berkata: Para pengingkar takdir. Beliau berkata: Maka dia adalah pengikut qodariyyah (golongan pengingkar takdir).” [Al-Ibaanah Al-Kubro, no. 421]
➡ Al-Imam Al-‘Ashma’i rahimahullah berkata,
سَمِعْتُ بَعْضَ فُقَهَاءِ الْمَدِينَةِ يَقُولُ: إِذَا تَلَاحَمَتْ بِالْقُلُوبِ النِّسْبَةُ تَوَاصَلَتْ بِالْأَبْدَانِ الصُّحْبَةُ. قَالَ الشَّيْخُ: وَبِهَذَا جَاءَتِ السُّنَّةُ
‘Aku pernah mendengar sebagian fuqoho Madinah berkata: “Apabila hati telah dekat dalam penisbatan, maka badan akan menyatu dalam pertemanan.” Ibnu Baththoh rahimahullah mengomentari: Ucapan ini telah dijelaskan dalam sunnah.” [Al-Ibaanah Al-Kubro, no. 422]
? Link Terkait:
➡ RENUNGAN DAN PERINGATAN TERKAIT BID’AH KHAWARIJ DAN HIZBIYYAH HARAKIYYAH DALAM BARISAN AHLUS SUNNAH

Rabu, 22 Maret 2017

Di Manakah Allah (5), Siapa yang Tidak Meyakini Allah Di Atas Langit, Dialah Jahmiyah

Di Manakah Allah (5), Siapa yang Tidak Meyakini Allah Di Atas Langit, Dialah Jahmiyah

Aqidah ››
Parent Previous Next
Alhamdulillah wa shalaatu wa salaamu ‘ala Rasulillah wa ‘ala aalihi wa shohbihi ajma’in.
Perlu diketahui bahwa syubhat atau berbagai kerancuan dariAbu Salafy cs yang menyatakan kebenciannya pada dakwah Ahlus Sunnah Salafiyah sebenarnya hanyalah warisan dari pemahaman aliran sesat Jahmiyah, akar dari pemahaman mereka. Para ulama secara tegas mewanti-wanti pemikiran sesat tersebut. Sampai-sampai Adz Dzahabi dalam kitabnya Al ‘Uluw lil ‘Aliyyil Ghoffar membawakan berbagai perkataan ulama masa silam yang jelas-jelas menyatakan bahayanya pemikiran Jahmiyah. Itulah yang akan kami nukil dalam posting kali ini dan posting selanjutnya. Adz Dzahabi menyebutkan perkataan ulama besar tersebut untuk membantah perkataan Jahmiyah dan orang-orang yang mengikutinya, di mana mereka tidak meyakini Allah di atas langit, dan tidak meyakini Allah menetap tinggi di atas ‘Arsy-Nya.
Juga mungkin masih banyak di antara kita yang ragu dengan kurang jelas dalam memahami ayat-ayat yang menyatakan bahwa Allah itu bersama dengan kita atau Allah itu dekat. Semuanya terjawab pula dalam penjelesan ulama-ulama besar berikut ini. Hanya Allah yang beri taufik kepada Al Haq(kebenaran).

Di Manakah Allah (4), Empat Imam Madzhab Sepakat Bahwa Allah Berada di Atas Langit

Di Manakah Allah (4), Empat Imam Madzhab Sepakat Bahwa Allah Berada di Atas Langit

Aqidah ››
Parent Previous Next
Alhamdulillah wa shalaatu wa salaamu ‘ala Rasulillah wa ‘ala aalihi wa shohbihi ajma’in. Para pengunjung Rumaysho.com yang semoga senantiasa mendapat penjagaan Allah Ta’ala. Pada kesempatan kali ini kita akan melanjutkan kembali pembuktian mengenai aqidah Allah berada di atas langit, di atas seluruh makhluk-Nya. Yang kita utarakan nanti adalah perkataan empat imam madzhab mengenai ideologi tersebut. Kita dapat saksikan bahwa empat imam madzhab sepakat dalam hal ini dan orang-orang semacam abusalafy yang menganut aqidah Jahmiyah yang melenceng jauh dari aqidah mereka-mereka ini. Semoga Allah senantiasa memberi taufik.
Sikap Keras Abu Hanifah[1] Terhadap Orang Yang Tidak Tahu Di Manakah Allah
Imam Abu Hanifah mengatakan dalam Fiqhul Akbar,
من انكر ان الله تعالى في السماء فقد كفر
“Barangsiapa yang mengingkari keberadaan Allah di atas langit, maka ia kafir.”[2]
Dari Abu Muthi’ Al Hakam bin Abdillah Al Balkhiy -pemilik kitabAl Fiqhul Akbar-[3], beliau berkata,
سألت أبا حنيفة عمن يقول لا أعرف ربي في السماء أو في الأرض فقال قد كفر لأن الله تعالى يقول الرحمن على العرش استوى وعرشه فوق سمواته  فقلت إنه يقول أقول على العرش استوى ولكن قال لا يدري العرش في السماء أو في الأرض  قال إذا أنكر أنه في السماء فقد كفر رواها صاحب الفاروق بإسناد عن أبي بكر بن نصير بن يحيى عن الحكم
Aku bertanya pada Abu Hanifah mengenai perkataan seseorang yang menyatakan, “Aku tidak mengetahui di manakah Rabbku, di langit ataukah di bumi?” Imam Abu Hanifah lantas mengatakan, “Orang tersebut telah kafir karena Allah Ta’ala sendiri berfirman,
الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى
“Allah menetap tinggi di atas ‘Arsy”.[4] Dan ‘Arsy-Nya berada di atas langit.” Orang tersebut mengatakan lagi, “Aku berkata bahwa Allah memang menetap di atas ‘Arsy.” Akan tetapi orang ini tidak mengetahui di manakah ‘Arsy, di langit ataukah di bumi. Abu Hanifah lantas mengatakan, “Jika orang tersebut mengingkari Allah di atas langit, maka dia kafir.”[5]

Di Manakah Allah (2), 1000 Dalil Menunjukkan Allah Di Atas Seluruh Makhluk-Nya

Di Manakah Allah (2), 1000 Dalil Menunjukkan Allah Di Atas Seluruh Makhluk-Nya

Aqidah ››
Parent Previous Next
Alhamdulillah wa shalaatu wa salaamu ‘ala Rosulillah wa ‘ala aalihi wa shohbihi ajma’in wa man tabi’ahum bi ihsaanin ilaa yaumid diin.
Saat ini, kami akan tunjukkan berbagai dalil yang menyatakan bahwa Allah berada di atas seluruh makhluk-Nya sebagai sanggahan untuk abusalafy yang  masih meragukan keyakinan semacam ini. Ya Robbi, a’in ‘ala naili ridhoka (Wahai Rabbku, tolonglah aku untuk menggapai ridho-Mu).
Ulama Besar Syafi’iyah Menyatakan Ada 1000 Dalil
Mengapa banyak yang mengaku sebagai Syafi’iyah malah jauh dari aqidah yang dipegang oleh ulama Syafi’iyah. Coba perhatikan nukilan Ahmad bin Abdul Halim Al Haroni berikut.
قَالَ بَعْضُ أَكَابِرِ أَصْحَابِ الشَّافِعِيِّ : فِي الْقُرْآنِ " أَلْفُ دَلِيلٍ " أَوْ أَزْيَدُ : تَدُلُّ عَلَى أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى عَالٍ عَلَى الْخَلْقِ وَأَنَّهُ فَوْقَ عِبَادِهِ . وَقَالَ غَيْرُهُ : فِيهِ " ثَلَاثُمِائَةِ " دَلِيلٍ تَدُلُّ عَلَى ذَلِكَ
“Sebagian ulama besar Syafi’iyah mengatakan bahwa dalam Al Qur’an ada 1000 dalil atau lebih yang menunjukkan Allah itu berada di ketinggian di atas seluruh makhluk-Nya. Dan sebagian mereka lagi mengatakan ada 300 dalil yang menunjukkan hal ini.”[1]
Banyak yang mengaku Syafi’iyah namun menolak jika Allah dinyatakan berada di atas, padahal keyakinan ini didukung oleh 1000 dalil. Sungguh aneh!

Di manakah Allah (1), Keyakinan yang Benar Mengenai Sifat Allah

Di manakah Allah (1), Keyakinan yang Benar Mengenai Sifat Allah

Aqidah ››
Parent Previous Next
Alhamdulillah wa shalaatu wa salaamu ‘ala Rosulillah wa ‘ala aalihi wa shohbihi wa man tabi’ahum bi ihsaanin ilaa yaumid diin.
Saat ini, alhamdulillah dakwah semakin tersebar luas di dunia maya. Website dakwah pun semakin menjamur. Ini adalah sesuatu yang patut disyukuri. Di samping itu dakwah kepada kepahaman menyimpang pun juga semakin tersebar. Yang terakhir ini pun sangat menyedihkan. Orang awam yang asal fitrohnya bersih akhirnya ternodai dengan berbagai macam kotoran syubhat (pemikiran sesat) yang membutakan hati. Di antaranya adalah beberapa syubhat yang dibawakan oleh para blogger anti salafi, yang menamakan blognya dengan sebutanabusalafy. Syubhat yang ada dan cukup keras adalah mengenai pernyataan mereka bahwa Allah itu ada tanpa tempat. Ini adalah penentangan mereka terhadap aqidah Ahlus Sunnah yang menyatakan bahwa Allah berada di atas langit dan Allah berada tinggi di atas ‘Arsy-Nya. Semoga dengan pertolongan dan taufik Allah Ta’ala, kami bisa menyingkap kebenaran yang ada. Ya Robbi, a’in ‘ala naili ridhoka (Wahai Rabbku, tolonglah aku untuk menggapai ridho-Mu).

Di Manakah Allah (3), Para Sahabat dan Tabi’in Menyatakan Allah Di Atas Seluruh Makhluk-Nya

Di Manakah Allah (3), Para Sahabat dan Tabi’in Menyatakan Allah Di Atas Seluruh Makhluk-Nya

Aqidah ››
Parent Previous Next
Alhamdulillah wa shalaatu wa salaamu ‘ala Rasulillah wa ‘ala aalihi wa shohbihi ajma’in. Para pengunjung Rumaysho.com yang semoga dirahmati oleh Allah Ta’ala. Dalam serial pertama kami telah mengupas sedikit mengenai keyakinan terhadap nama dan sifat Allah. Dalam serial kedua kami melanjutkan pembuktian mengenai keberadaan Allah di atas seluruh makhluk-Nya. Sedangkan dalam serial ketiga ini kami akan membuktikan melalui atsar para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para tabi’in mengenai keberadaan Allah di atas seluruh makhluk-Nya yang menjadi keyakinan yang disepakati oleh Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Semoga pembahasan ini dapat membuka hati abusalafy dan orang-orang semisalnya yang masih meragukan keberadaan Allah di atas seluruh makhluk-Nya.

1 Hari Akhirat = 1000 Tahun di Dunia

Satu hari di akhirat sama dengan 1000 tahun di dunia.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَدْخُلُ فُقَرَاءُ الْمُؤْمِنِينَ الْجَنَّةَ قَبْلَ الأَغْنِيَاءِ بِنِصْفِ يَوْمٍ خَمْسِمِائَةِ عَامٍ
Orang beriman yang miskin akan masuk surga sebelum orang-orang kaya yaitu lebih dulu setengah hari yang sama dengan 500 tahun.” (HR. Ibnu Majah no. 4122 dan Tirmidzi no. 2353. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)
Diterangkan dalam Tuhfatul Ahwadzi sebagai berikut.
Satu hari di akhirat sama dengan seribu hari di dunia. Sebagaimana yang Allah Ta’ala sebutkan,
وَإِنَّ يَوْمًا عِنْدَ رَبِّكَ كَأَلْفِ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ
Sesungguhnya sehari disisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.” (QS. Al Hajj: 47). Oleh karenanya, setengah hari di akhirat sama dengan 500 tahun di dunia.
Adapun firman Allah Ta’ala,
فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
Dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun” (QS. Al Ma’arij: 4). Ayat ini menunjukkan pengkhususan dari maksud umum yang sebelumnya disebutkan atau dipahami bahwa waktu tersebut begitu lama bagi orang-orang kafir. Itulah kesulitan yang dihadapi orang-orang kafir,
فَإِذَا نُقِرَ فِي النَّاقُورِ (8) فَذَلِكَ يَوْمَئِذٍ يَوْمٌ عَسِيرٌ (9) عَلَى الْكَافِرِينَ غَيْرُ يَسِيرٍ (10)
Apabila ditiup sangkakala, maka waktu itu adalah waktu (datangnya) hari yang sulit, bagi orang-orang kafir lagi tidak mudah.” (QS. Al Mudatsir: 8-10).
Semoga bermanfaat.

Referensi:

Tuhfatul Ahwadzi Syarh Jami’ At Tirmidzi, Al Imam Al Hafizh Abul ‘Ula muhammad ‘Abdurrahman bin ‘Abdurrahim Al Mubarakfuri, terbitan Darus Salam, cetakan pertama, tahun 1432 H.

Selesai disusun 01: 53 PM di Darush Sholihin, 28 Jumadal Ula 1436 H
Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal